Animated Pictures Myspace Comments

Legenda Pohon Nira

29 Jun 2011

Pohon Nira ( Mayang Enau ) yang banyak tumbuh di daerah tanah batak, bukanlah merupakan tanaman atau tumbuhan yang tumbuh begitu saja di berbagai tempat namun menurut sejarah atau legenda manang turi – turian , bahwa pohon nira ( mayang enau )atau di tanah batak disebut dengan nama “ Pakko”/Bagot” adalah memiliki cerita tentang perjodohan bagi masyarakat suku batak pada jaman dahulu kala yang tidak mengenal satu sama lain antara muda – mudi yang akan di pertunangkan.

Pohon Nira / Mayang Enau atau “ Pakko/Bagot “ ini dapat menghasilkan yang namanya “ Nira “( tuak )hasil sadapan, ijuk untuk atap rumah, tali dan lain – lain, Sagu bagian empuk/lunak dari dalam batangnya, lidi dari daunya, batangnya dibuat menjadi penyangga rumah adat batak disebut dengan “ Rassang – rassang “, dan memang begitu banyak mamfaat dan kegunaan dari pohon ini.

Menurut legenda atau sejarah turi – turian dalam masyarakat suku batak bahwa awal mula tumbuhnya mayang enau/pakko/bagot ini adalah sebagai berikut.

Pada jaman dahulu kala bagi masyarakat suku batak dalam pembentukan mahligai rumah tangga yang baru, masih didominasi dengan istilah perjodohan atau dijodohkan antara silaki – laki dengan si perempuan oleh kedua orangtua belah pihak atau oleh keluarga lainnya, apalagi masih memiliki tali persaudaraan atau kelompok keluarga.

Demikian juga halnya yang terjadi dalam keluarga Siraja Enda-enda dengan tunangannya Siboru Sobarjadi, Siraja Enda – enda adalah manusia yang tidak sempurna artinya ia menyerupai binatang “ Kadal “ (Ilik dalam suku batak )memiliki kaki empat badan besar dan matanya besar dan tinggal di bumi atau benua tonga, sedangkan calon istrinya yang bernama Siboru Sobarjadi adalah seorang putri kerajaan kayangan yang tinggal di awang – awang atau banua ginjang.

Setelah Siboru Sobarjadi sudah dewasa maka ia memohon kepada ayahandanya bernama “ Batara Guru” agar dapat diberangkatkan ia untuk menjumpai tunangannya Siraja Enda – enda ke bumi ( banua tonga ), maka disuruhnyalah abangnya ( ibotona )yang bernama “ Datu Tantan Debata “ untuk mengantarkan Siboru Sobarjadi untuk menjumpai Siraja Enda-enda di bumi.

Maka berangkalah Siboru Sobarjadi menuju rumah Siraja Enda-enda di bumi, sebelum memasuki rumah ia pun memanggil – manggil dengan mengatakan, “ Leang –leang mandi tambolungkon au jolo, baoa pangoli tailihon ma ahu jolo.”ujarnya dari luar rumah (yang artinya : Anak laki – laki calon pengantin, saya sudah datang, tolonglah lihat saya ).Ternyata Siraja Enda-enda telah mendengar suara teriakan itu dan iapun menjawabnya dari dalam rumah dengan mengatakan,”Jang ma jajangi, jang ma jajangon, padoras ma sian I, pajonok ma tu lambungkon “sambutnya dari dalam rumah (yang artinya : menyuruh Siboru Sobarjadi agar secepatnya masuk ke rumah ).Namun Siboru Sobarjadi tidak bisa memasuki rumahnya karena memiliki tangga menuju kerumahnya sangat tajam seperti pisau tajam.

Karena Siboru Sobarjadi tidak bisa memasuki rumah Siraja Enda-enda iapun mengadukan hal ini kepada abangnya yang bernama “ Tantan Debata “ dan ia memohon agar abangnya dapat memberikan pertahanan/kekebalan agar ia bisa memasuki rumah Siraja Enda-enda. Sehingga ia pun bisa memasuki rumahnya.

Setelah Siboru Sobarjadi tiba di dalam rumah Siraja Enda-enda, alangkah terkejutnya ia melihat Siraja Enda-enda karena ternyata Siraja Enda-enda bukanlah manusia sempurna, ia adalah julukan manusia ilik (kadal )/Siraja Ilik yang berkaki empat, matanya besar memiliki ekor, sehingga Siboru Sobarjadi mengurungkan niatnya untuk memiliki Siraja Enda-enda/Siraja Ilik menjadi suaminya, dan iapun berkata demikian “ tumagonanna ma ahu mate unang mangolu, ianggo tung muli tu Siraja Enda-enda,” ujarnya ( yang artinya : lebih baiklah saya mati dari pada menikah dengan Siraja Enda-enda).

Akhirnya Siboru Sobarjadi pun memberitahukan hal ini kepada abangnya (ibotona ) dan ia pun memohon agar dilaksanakan gondang sabangunan ( membunyikan Uning uningan ) untuk melampiaskan rasa kekesalannya, maka dilaksanakanlah gondang sabangunan tersebut dan Siboru Sobarjadi pun menari narilah sejadi jadinya seperti orang kesurupan, terlempar kesana – kemari, sehingga tampa disadari melompatlah Siboru Sobarjadi ketengah tengah halam rumah dan iapun tenggelam dan tertanam kedalam tanah.

Dan pada sore harinya telah tumbuh pohon di tengah – tengah perkampungan itu, tulang – tulangnya menjadi batangnya (pakkona), perutnya menjadi unokna (bagian lunak di dalam batangnya, bahan untuk membuat sagu), kain atau bajunya menjadi bangkarna (bagian kulit luar dari batangnya), rambutnya menjadi ijuk, tangannya menjadi hodongnya (dahannya), jari-jari tangannya menjadi lidinya (lili), air matanya menjadi tuak ni bagot ( nira ), dan pohon inilah yang dinamai “Pakko”/bagot/mayang enau (pohon nira ) yang menghasilkan nira (tuak ) saat ini.

Tuak adalah nira yang beragi dan sejenis minuman keras sebagai minuman khas suku batak, nira (tuak) disadap dari mayang enau/pakko/bagot kemudian nira ini dicampur dengan ragi atau kulit kayu yang dinamai “Raru”, sehingga menjadi nira / tuak yang mengandung alkohol, dalam suku batak disebut dengan “ Tuak Tangkasan “dan dalam peribahasa/pantun suku batak mengatakan :”

Tangkas ma uju purba,

Tangkasan ma uju angkola.

Tangkas ma namaduma,

Tangkasan ma na mamora…….

E M M A T U T U………………


Photobucket Photobucket Photobucket

DOWNLOAD BUKU-BUKU GRAMEDIA

Photobucket Photobucket

love it

AC MILAN Photobucket

SEPUTURA

SLANK

TOBA ONLINE.COM (tampat nongkrongnya orang batak ) [ Copy this | Start New | Full Size ]
 

DONO KASINO INDRO

Photobucket

jadwal top eleven harian

Majankjank FC : cup ; 22.00
Majankjank : cup ; 03.00
UKkSu : cup ; 02.15

www.tobaonline.com

www.tobaonline.com
Copyright 2010 BASTIAN TAMPUBOLON. All rights reserved.
Themes by Ex Templates Blogger Templates - Home Recordings - Studio Rekaman