Pengen lihat tarombo mu..coba bereng dison kales.. !!!!
sumber : http://technocraft.org/tuansihubil/tarombo.cgi
Bahan :
Cara Membuat :
Posted on on Januari 20th, 2010 in Masakan Khas | 4 Comments »
Bahan Yang ditumbuk :
Bahan Yang dihaluskan/Blender :
Cara Membuatnya :
1. Sangrai kelapa dan ketumbar sampe warnanya kecoklatan, setelah coklat dan wangi, segera tumbuk sampe halus dan mengeluarkan minyak
2. Tumis bumbu hasil blender, daun salam dan daun jeruk sampai wangi, lalu masukan dagingnya.
3. Aduk sampai rata, lalu tambahkan air dua gelas
4. Tutup wajan/panci dengan api sedang, setelah air berkurang, tambahkan tumbukan kelapa-ketumbar aduk sampai rasa, lalu masukan garam dan ajinomoto secukupnya, diamkan sampe airnya mengering dan daging siap utk disantap.
Posted on on Januari 19th, 2010 in Masakan Khas | No Comments »
Ada masakan ikan yang khas Tapanuli, disebut arsik. Ada sedikit perbedaan antara arsik Karo dan Tapanuli. Biasanya arsik Karo lebih kering, sedangkan arsik Tapanuli lebih berkuah dan encer. Jenis bumbunya pun sedikit berbeda. Kebanyakan arsik dibuat dari ikan mas, direbus atau dikukus dalam kuah bumbu kuning.
Bahan:
Cara membuat:
Untuk 6 orang
Sumber :
Posted on on Januari 19th, 2010 in Masakan Khas | No Comments »
Hidangan ini merupakan makanan khas suku Batak. Berbeda dengan Arsik, makanan khas Batak lainnya yang direbus atau dikukus, menu yang juga mengunakan ikan mas sebagai menu utama adalah dengan cara tidak dimasak.
Arti dalam bahasa batak, naniura adalah ikan yang tidak di masak. Namun rendaman asam jungga yang secara kimiawi kemudian mengubah ikan mentah menjadi tidak terasa amis dan siap disajikan. Ingin mencoba?
Bahan-Bahan :
Cara memasak:
Di zaman dahulu kala, para nenek moyang kita sudah menemukan banyak penemuan yang terbilang canggih. Tetapi sayang sekali banyak orang Indonesia sendiri tidak menyadarinya.
Salah satunya yaitu Warisan budaya " Sigale gale
Suku Batak Toba Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot tradisional yang dikenal dengan sebutan si Gale-gale. Boneka ini menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui tali yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan “tangannya” sebagai mana layaknya orang menari.
Menurut cerita, Seorang Raja dari Samosir membuat patung dari kayu untuk mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang. Sigale - gale dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak.Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia. Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari.
Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan manusia.
Suku Batak mengikuti garis keturunan dari pihak Ayah, yang disebut juga patrilineal.
Suku Batak yang tergolong unik dibandingkan dengan suku-suku lain di Indonesia, memiliki tanda pengenal yang disebut marga, dan juga memiliki No. generasi. Marga dan No. Generasi ini dipakai untuk saling mengenal satu sama lain. Berdasarkan marga dan no. generasi ini, kita dapat mengetahui bagaimana seharusnya kita menyapa seseorang. Berikut ini adalah panggilan sapaan yang dipakai oleh suku Batak:
#. Abang
Panggilan sesama pria, yang adalah:
1. Kakak kandung
2. Yang bermarga sama, dengan No. Generasi setingkat, tetapi No. Urut lebih tinggi.
Contoh: Keturunan Gultom Hutapea, memanggil Abang kepada Keturunan Gultom Hutatoruan, yang memiliki No. Generasi sama.
#. Akkang, Kakak
Panggilan sesama wanita, yang adalah
1. Kakak kandung
2. Kakak lelaki dari suami
3. Wanita semarga dengan No. Generasi sama, tetapi urutan lebih tinggi
#. Anggi, Adik
Panggilan sesama wanita atau sesama pria, yang adalah
1. Adik kandung
2. Adik lelaki dari suami
1. Adik perempuan dari istri
2. semarga dengan No. Generasi sama, tetapi urutan lebih rendah
#. Ito
Panggilan dari pria kepada wanita atau sebaliknya, dengan aturan:
1. Saudara pria/wanita dalam satu keluarga
2. Pria/wanita semarga dengan No. generasi sama
3. Wanita dengan no. generasi lebih tinggi memanggil Ito kepada pria semarga dengan No. generasi lebih rendah
4. Anak laki-laki/perempuan dari saudara perempuan ibu
5. Pria/Wanita sesama suku Batak yang tidak semarga
#. Lae
Panggilan sesama pria, kepada:
1. Saudara laki-laki dari pihak istri/saudara ipar laki-laki
2. Suami dari saudara perempuan
3. Anak lelaki dari Tulang
4. Anak lelaki dari namboru
5. Laki-laki sesama suku Batak yang tidak semarga
#. Eda
Panggilan sesama wanita, kepada:
1. Saudara perempuan dari pihak suami/saudara ipar perempuan
2. Istri dari saudara laki-laki
3. Anak perempuan dari Tulang
4. Anak perempuan dari Namboru
5. Wanita sesama suku Batak yang tidak semarga
#. Amang Tua,Bapak Tua, Pak Tua:
Panggilan untuk pria, yang adalah:
1. Kakak langsung dari ayah
2. Semarga, dan memiliki No. Generasi setingkat dengan ayah, yang nomor urutnya lebih tinggi. No. Urut disini adalah No. Urutan anak ke sekian.
Contoh:
Toga Gultom memiliki 4 orang anak yaitu Hutatoruan, Hutapea, Hutabagot, dan Hutabalian. Anak-anak dari Hutapea memanggil Amang tua kepada Hutatoruan, demikian pula anak dari Hutabagot dan Hutabalian. Demikian pula anak dari Hutabagot memanggil Amangtua kepada Hutapea. Demikian seterusnya.
3. Suami dari kakak perempuan ibu, baik langsung maupun tidak langsung, yang semarga dengan ibu.
#. Inang Tua, Mama Tua, Mak Tua:
Panggilan untuk wanita, yang adalah:
1. Istri dari Amang Tua
2. Kakak perempuan ibu baik langsung maupun tidak langsung yang semarga dengan ibu.
1. Amanguda, Bapauda
Kebalikan dari Amang Tua. Kalo Amang Tua adalah kakak, maka Amanguda adalah adik.
2. Inanguda
Kebalikan dari Inang Tua. Kalo Inang Tua adalah kakak, maka Inanguda adalah adik.
3. Inangbaju
Sebutan untuk Saudara perempuan ibu yang belum menikah. Pada saat ini, sebutan ini umumnya diganti menjadi Tante, mengikuti perkembangan zaman.
4. Namboru
Panggilan untuk wanita, yang:
1. Saudara perempuan dari ayah, baik langsung maupun tidak langsung yang semarga
2. Semarga, dengan No. Generasi lebih tinggi.
Untuk wanita, kalau no. gererasi lebih tinggi 2 tingkat atau lebih, tetap dipanggil namboru.
#. Amang Boru
Panggilan untuk pria, yang adalah:
*. Suami dari Namboru
*. Tulang
Panggilan untuk pria yang adalah:
1. Saudara laki-laki dari ibu
2. Pria yang semarga dengan ibu, dan memiliki No. generasi setingkat dengan ibu
#. Nantulang
Panggilan untuk wanita, yang adalah:
*. Istri dari Tulang
*. Opung Doli
Panggilan untuk pria, yang:
1. Ayah dari ayah/ibu
2. Paman dari ayah/ibu
3. Semarga dengan no. generasi 2 tingkat lebih tinggi
4. Semarga dengan ibu dengan no. generasi 1 tingkat lebih tinggi dari ibu
Gempa berkekuatan 5,5 skala richter yang melanda Pahae Jae, Pahae Julu, Sarulla, Simangumban, dan Purba Tua, Tapanuli Utara, telah menimbulkan kesedihan mendalam bagi seluruh masyarakat. Gempa itu telah mengakibatkan lebih dari 400 rumah penduduk dan sejumlah bangunan sekolah dan rumah ibadah mengalami kerusakan.
Jejaring sosial batak bernama tobaonline.com menyerahkan bantuan dana yang dirangkul dari member toba online atau sering disebut dengan tobaners. Bantuan diserahkan langsung oleh team/perwakilan pengurus tobaonline.com
Bantuan ini merupakan bagian dari program tobaonline.com. Kepedulian group ini terhadap daerah bencana diharapkan dapat membantu meringankan beban moril dan materi bagi masyarakat yang terkena bencana.
bantuan di berikan kepada masayrakat melalu gereja-gereja yang terkena musibah.masayarat yang menerima bantuan tersebut menyampaikan ucapan terima kasih kepada team tobaonline.com atas kepedulian untuk membantu daerah yang terkena bencana gempa bumi.
Pohon Nira / Mayang Enau atau “ Pakko/Bagot “ ini dapat menghasilkan yang namanya “ Nira “( tuak )hasil sadapan, ijuk untuk atap rumah, tali dan lain – lain, Sagu bagian empuk/lunak dari dalam batangnya, lidi dari daunya, batangnya dibuat menjadi penyangga rumah adat batak disebut dengan “ Rassang – rassang “, dan memang begitu banyak mamfaat dan kegunaan dari pohon ini.
Menurut legenda atau sejarah turi – turian dalam masyarakat suku batak bahwa awal mula tumbuhnya mayang enau/pakko/bagot ini adalah sebagai berikut.
Pada jaman dahulu kala bagi masyarakat suku batak dalam pembentukan mahligai rumah tangga yang baru, masih didominasi dengan istilah perjodohan atau dijodohkan antara silaki – laki dengan si perempuan oleh kedua orangtua belah pihak atau oleh keluarga lainnya, apalagi masih memiliki tali persaudaraan atau kelompok keluarga.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam keluarga Siraja Enda-enda dengan tunangannya Siboru Sobarjadi, Siraja Enda – enda adalah manusia yang tidak sempurna artinya ia menyerupai binatang “ Kadal “ (Ilik dalam suku batak )memiliki kaki empat badan besar dan matanya besar dan tinggal di bumi atau benua tonga, sedangkan calon istrinya yang bernama Siboru Sobarjadi adalah seorang putri kerajaan kayangan yang tinggal di awang – awang atau banua ginjang.
Setelah Siboru Sobarjadi sudah dewasa maka ia memohon kepada ayahandanya bernama “ Batara Guru” agar dapat diberangkatkan ia untuk menjumpai tunangannya Siraja Enda – enda ke bumi ( banua tonga ), maka disuruhnyalah abangnya ( ibotona )yang bernama “ Datu Tantan Debata “ untuk mengantarkan Siboru Sobarjadi untuk menjumpai Siraja Enda-enda di bumi.
Maka berangkalah Siboru Sobarjadi menuju rumah Siraja Enda-enda di bumi, sebelum memasuki rumah ia pun memanggil – manggil dengan mengatakan, “ Leang –leang mandi tambolungkon au jolo, baoa pangoli tailihon ma ahu jolo.”ujarnya dari luar rumah (yang artinya : Anak laki – laki calon pengantin, saya sudah datang, tolonglah lihat saya ).Ternyata Siraja Enda-enda telah mendengar suara teriakan itu dan iapun menjawabnya dari dalam rumah dengan mengatakan,”Jang ma jajangi, jang ma jajangon, padoras ma sian I, pajonok ma tu lambungkon “sambutnya dari dalam rumah (yang artinya : menyuruh Siboru Sobarjadi agar secepatnya masuk ke rumah ).Namun Siboru Sobarjadi tidak bisa memasuki rumahnya karena memiliki tangga menuju kerumahnya sangat tajam seperti pisau tajam.
Karena Siboru Sobarjadi tidak bisa memasuki rumah Siraja Enda-enda iapun mengadukan hal ini kepada abangnya yang bernama “ Tantan Debata “ dan ia memohon agar abangnya dapat memberikan pertahanan/kekebalan agar ia bisa memasuki rumah Siraja Enda-enda. Sehingga ia pun bisa memasuki rumahnya.
Setelah Siboru Sobarjadi tiba di dalam rumah Siraja Enda-enda, alangkah terkejutnya ia melihat Siraja Enda-enda karena ternyata Siraja Enda-enda bukanlah manusia sempurna, ia adalah julukan manusia ilik (kadal )/Siraja Ilik yang berkaki empat, matanya besar memiliki ekor, sehingga Siboru Sobarjadi mengurungkan niatnya untuk memiliki Siraja Enda-enda/Siraja Ilik menjadi suaminya, dan iapun berkata demikian “ tumagonanna ma ahu mate unang mangolu, ianggo tung muli tu Siraja Enda-enda,” ujarnya ( yang artinya : lebih baiklah saya mati dari pada menikah dengan Siraja Enda-enda).
Akhirnya Siboru Sobarjadi pun memberitahukan hal ini kepada abangnya (ibotona ) dan ia pun memohon agar dilaksanakan gondang sabangunan ( membunyikan Uning uningan ) untuk melampiaskan rasa kekesalannya, maka dilaksanakanlah gondang sabangunan tersebut dan Siboru Sobarjadi pun menari narilah sejadi jadinya seperti orang kesurupan, terlempar kesana – kemari, sehingga tampa disadari melompatlah Siboru Sobarjadi ketengah tengah halam rumah dan iapun tenggelam dan tertanam kedalam tanah.
Dan pada sore harinya telah tumbuh pohon di tengah – tengah perkampungan itu, tulang – tulangnya menjadi batangnya (pakkona), perutnya menjadi unokna (bagian lunak di dalam batangnya, bahan untuk membuat sagu), kain atau bajunya menjadi bangkarna (bagian kulit luar dari batangnya), rambutnya menjadi ijuk, tangannya menjadi hodongnya (dahannya), jari-jari tangannya menjadi lidinya (lili), air matanya menjadi tuak ni bagot ( nira ), dan pohon inilah yang dinamai “Pakko”/bagot/mayang enau (pohon nira ) yang menghasilkan nira (tuak ) saat ini.
Tuak adalah nira yang beragi dan sejenis minuman keras sebagai minuman khas suku batak, nira (tuak) disadap dari mayang enau/pakko/bagot kemudian nira ini dicampur dengan ragi atau kulit kayu yang dinamai “Raru”, sehingga menjadi nira / tuak yang mengandung alkohol, dalam suku batak disebut dengan “ Tuak Tangkasan “dan dalam peribahasa/pantun suku batak mengatakan :”
Tangkas ma uju purba,
Tangkasan ma uju angkola.
Tangkas ma namaduma,
Tangkasan ma na mamora…….
E M M A T U T U………………